Sisi lain Sang Pembunuh Bayaran | Léon: The Professional
Pernah denger lagu Juice WRLD yang judulnya Lucid Dreams?
Tahu nggak kalau di intro lagu Lucid Dreams tersebut, Juice WRLD memakai sample lagu dari Sting yang judulnya Shape of My Heart. Lagu yang dibawakan oleh Sting tersebut merupakan soundtrack film Léon: The Professional.
Udah pernah nonton belum? Aku rekomendasiin banget buat nonton film ini, karena film ini gak hanya menyajikan adegan action, tapi juga ada drama yang mempermanis jalan ceitanya sehingga alurnya semakin dinamis dan gak membosankan.
Film ini dibintangi oleh Natalie Portman yang saat itu masih belia, namun bisa sukses memerankan karakter Mathilda. Lalu ada Jean Reno, yang memerankan karakter Léon, si pembunuh bayaran yang menjadi karakter penting dalam film ini.
Mathilda berasal dari keluarga yang kurang harmonis, ayahnya adalah seorang pemakai sekaligus pengedar narkoba, ibunya juga tidak memberikan kasih sayang yang cukup kepada Mathilda, sedangkan kakak perempuannya selalu mengganggu dan menyuruh Mathilda. Mathilda hanya dekat dengan adik laki-lakinya yang masih berumur 5 tahun.
Kehidupan Mathilda berubah ketika ia mendapati keluarganya--termasuk adik laki-laki yang paling ia sayangi terbunuh oleh petugas DEA (Drug Enforcement Administration). Namun, saat itu Mathilda tak sempat masuk kerumah karena disana masih dijaga oleh petugas DEA (Drug Enforcement Administration). Walaupun Mathilda merasa terpukul dan sedih atas kematian adiknya, ia berpura-pura tidak peduli pada kejadian tersebut, dan ia pun berjalan melewati rumahnya, menuju tetangga misteriusnya yang mana itu adalah Léon. Awalnya Léon tidak membukakan pintunya untuk Mathilda, hal ini karena ia memang tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain, dan Léon memang sangat tertutup demi menjaga identitasnya bahkan dari orang-orang sekitarnya.
Petugas DEA (Drug Enforcement Administration) pun merasa curiga pada Mathilda, dan menyangka ia merupakan bagian dari keluarga gembong narkoba yang baru saja dihabisinya. Namun, entah apa yang dipikirkan Léon, akhirnya ia pun mengakui Mathilda sebagai salah satu keluarganya, dan mempersilakan Mathilda untuk masuk kerumahnya. Tak pernah disangka oleh Léon, bahwa tindakan yang ia lakukan saat menyelamatkan gadis berumur 12 tahun, dapat mengubah kehidupannya.
Setelah kehadiran Mathilda, kehidupan Léon jadi makin tertutup. Bahkan, ia pindah ke beberapa tempat untuk menjaga identitasnya serta untuk menjaga keselamatan Mathilda. Apalagi Mathilda bertekad untuk membunuh polisi korup pecandu narkoba yang telah membunuh adiknya, yaitu Stansfield; yang diperankan oleh Gary Oldman. Mathilda pun memiliki potensi terbunuh yang sama besarnya seperti potensi yang dimiliki Léon, setelah keterlibatannya dalam pekerjaan Léon--yaitu pembunuh bayaran. Mathilda juga sangat mengagumi sosok Léon, dan memintanya untuk mengajarkan beberapa ilmu menggunakan senjata api.
Léon sendiri punya aturan dalam menjalankan pekerjaannya, yaitu tidak membunuh wanita dan anak-anak. Ia juga mematok harga atas jasanya yaitu lebih dari lima ribu dollar, yang pada waktu itu jumlah ini sangatlah besar. Bos yang memakai jasa Léon sangat mempercayakan Léon karena setiap misi yang ia jalankan dapat diselesaikan dengan rapih. Léon memang merupakan pembunuh bayaran yang cukup gesit dan sulit dihentikan, itulah alasan mengapa ia sangat tertutup dan hidup berpindah, karena ia merupakan buronan.
Setiap ia berpindah tempat, ia selalu membawa tanaman yang menjadi teman baiknya, jauh sebelum Mathilda datang. Ohiya, salah satu minuman yang harus selalu ada di kulkas dimanapun Léon tinggal, adalah susu. Seorang pembunuh bayaran yang addicted sama susu... . Berbanding terbalik banget ya, sama penampilan sangarnya waktu kerja. Kirain Léon bakal milih wine atau champagne gitu. Dari sini Mathilda mulai menilai kalau Léon ini memang pria yang baik dan hangat.
Saat Léon beraksi, ia selalu menggunakan seragam khas, yaitu rompi, beanie, dan kacamata hitam. Di balik rompinya, Léon menyimpan banyak senjata api untuk berjaga-jaga. Bahkan, ia memberikan senjata api kepada Mathilda yang ia kemas didalam tas biola sebagai penghargaan pada Mathilda yang telah berhasil menjalankan tugas pertamanya--yap menjadi seorang pembunuh profesional!
Beberapa kontroversi muncul mengenai film ini karena dianggap memiliki unsur pedofilia. Padahal, pendapat ku sendiri tentang kisah Mathilda yang mulai menaruh hati pada Léon, hanya dilatar belakangi karena daddy issue yang ia alami selagi ayahnya masih hidup. Mathilda hanyalah gadis polos yang merindukan sosok kebapak-an dari pria yang lebih tua darinya, oleh karena itu saat berjumpa dengan Léon, Mathilda merasa sangat nyaman dan dilindungi. Léon sendiri canggung dengan situasi dimana Mathilda mulai menunjukkan bahwa ia menyukainya, karena luka di hati Léon atas kematian gadis yang ia cintai semasa ia hidup di Italia masih belum sembuh seutuhnya. Bahkan, beberapa adegan yang justru menjadi penting dalam menggambarkan kisah Léon dan Mathilda dipotong saat penayangannya di Amerika. Menurutku sih, adegan yang katanya disebut kontroversial itu gak seburuk yang dibicarakan, kok. Malah adegan tersebut menunjukkan betapa complicated-nya hubungan Léon dan Mathilda. Entah itu hanya sekadar rekan kerja, ayah-anak, sahabat, adik-kakak, atau bahkan orang asing yang senasib. Bukan hubungan pria-wanita yang menjadi buah bibir masyarakat--rasa yang Mathilda utarakan pada Léon tak lebih karena ia memang belum pernah merasakan kasih sayang dari figur seorang ayah.
Adegan action yang disajikan dalam film ini sangat apik karena dikemas secara dramatis, dimana unsur yang menjadi sorotannya adalah kasih sayang yang ditunjukkan Léon terhadap Mathilda. Karena, biar bagaimanapun juga seorang pembunuh bayaran bertangan dingin seperti Léon, pasti masih memiliki kelembutan di hatinya. Bagi Mathilda, sosok Léon tak hanya sebatas pembunuh bayaran yang gesit, karismatik, tak kenal ampun, dan 'profesional' dalam menjalankan pekerjaanya. Namun, ia juga merupakan sosok hangat nan bersahaja yang telah menyelamatkan hidup Mathilda.
Gak heran film ini dapat menyabet banyak penghargaan karena memang storyline-nya ringan, mudah dimengerti, dan gak bertele-tele. Di samping itu juga, kisah roman Mathilda dan Léon, serta unsur komedi saat mereka menjalankan misi, sukses menjadi pemanis yang berjalan harmonis dengan alur cerita di film ini.
Komentar
Posting Komentar